welcome

---- SELAMAT DATANG DI PONDOK HERBAL WANITA SOLUSI TEPAT UNTUK ANDA DAN KELUARGA ----

Selasa, 13 November 2012

Hal Hal Yang Dilakukan Sebelum Proses Memijat


1. Bagi Pemula Hendaknya mengetahui ilmu penyakit dan anatomi tubuh manusia. Mendalami dan menghafal zona atau daerah daerah refleksi di seluruh tubuh manusia.
2. Pakailah minyak urut supaya kulit tidak lecet ketika dipijat.
3. Sebaiknya melakukan pijatan dua hari sekali atau 3 kali dalam seminggu. Jangan melakukan pijatan setiap hari atau setiap saat karena hal ini akan merusak saraf reflek.
4. Setiap titik refleksi biasanya dipijat 5 menit, jika sakitnya keras boleh dipijat 10 menit.
5. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka tekanan pijatan dikurangi dari memindahkan pijat ke bagian lainnya.
6. Jangan Memijat pada waktu : 

  • Pasien Menderita Penyakit Menular
  • Bagian tubuh yang luka atau bengkak
7. Reaksi sesudah dipijat :
  • Sakit Ginjal : Setelah dipijat kadang mengeluarkan air kencing berwarna coklat atau merah, ini gejala baik, teruskan. 
  • Sakit pinggang : Setelah dipijat 3 hari ada kalanya hari keempat punggung makin sakit, ini berarti rintangan peredaran darah berhasil dibobolkan, teruskan.
  • Suhu Bada Naik : Ini Normal saja sebagai reaksi kelenjar refleksi
  • Timbul luka/borok di paha : Berarti kotoran didalam darah tidak bisa dibuang secara normal sehingga dibuang melalui luka/borok
  • Urat Darah Menonjol : Berarti sirkulasi darah makin lancar.
  • Tumit Bengkak : Kelenjarnya masih terhambat.
  • Salah satu bagian tubuh ada yang sakit : ini disebabkan  rintangan peredaran darah berhasil dibobolkan.

Dewandaru

Nama latin : Eugenia uniflora




a. Morfologi tanaman
Tanaman Eugenia uniflora berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna putih. Putik berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning. Buah Eugenia uniflora berupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna coklat dan merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994).
b. Habitat dan Penyebaran
Tanaman Eugenia uniflora tersebar luas di negara-negara Amerika Selatan terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay (Consolini&Sarubbio,2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di daerah Sumatera dan Jawa (Hutapea, 1994)
c. Sistematika Tanaman
Klasifikasi Eugenia uniflora Lam. dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis : Eugenia uniflora L.
(Hutapea, 1994)

d. Nama Daerah
Tanaman : Eugenia uniflora L.
Sinonim : Eugenia micnelii Lamk.
Nama Daerah : Cereme asam (Melayu), Asem selong, belimbing londo, dewandaru

(Jawa) (Hutapea, 1994).
e. Kandungan Kimia
Daun tanaman Eugenia uniflora menagndung flavonoid, saponin, dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid dari ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin (Schmeda-Hirschmann et al, 1987). Senyawa tannin yang diisolasi dari fraksi aktif Eugenia uniflora antara lain gallocatechin, oenothein B, eugeniflorins D(1) and D(2) (Lee et al, 2000)
f. Manfaat Tanaman
Buah dan daun Eugenia uniflora digunakan sebagai peningkat kualitas astringent dan mengurangi tekanan darah tinggi (Bandoni et al, 1972). Hasil decocta daun Eugenia uniflora di Paraguai digunakan untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah (Ferro et al, 1994). Selain itu juga dapat menurunkan metabolisme lipid dan dapat digunakan sebagai efek proteksi pada trigliserida dan level lipoprotein yang sangat rendah (Ferro et al, 1988).
Daun Eugenia uniflora sebagai obat tradisional berkhasiat sebagai obat mencret (Hutapea, 1994). Aksi anti infamasi yang tinggi juga ditemukan pada daun Eugenia uniflora (Scapoval et al, 1994). Pada Brazilian folk medicine buah Eugenia uniflora digunakan sebagai antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, dan antidiabetik. Selain itu, ekstrak daun Eugenia uniflora juga sebagai agen hipotensif (Consolini et al, 2000) dan menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma (Matsumura et al, 2000).
g. Penelitian tentang Eugenia uniflora Lam.
Eugenia uniflora Lam. merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Beberapa penelitian mengenai khasiat daun Eugenia uniflora sebagai obat antikanker telah dilakukan.
Uji sitotoksik Eugenia uniflora L terhadap sel Hela menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai efek sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol dan kloroform. Uji sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT dengan seri konsentrasi 5, 10, 25, 50, 125, 250µg/ml. Nilai IC50 ekstrak etil asetat 241,546µg/ml dan IC50 ekstrak kloroform 244,906µg/ml. Sedangkan pada ekstrak etanol tidak dapat ditentukan nilai IC50 nya karena tidak menunjukkan potensi penghambatannya terhadap pertumbuhan sel HeLa (Handayani, 2006).
Lee M.H. et al (2000) melakukan penelitian pengaruh Eugenia uniflora L terhadap Epstein-Barr Virus (EBV) yang sering berhubungan dengan Nasopharyngeal carcinoma (NPC). Empat senyawa tanin pada Eugenia uniflora L dan IC50 yang dimiliki yaitu gallocatechin (26,5 microM), oenothein B (62,3 microM), eugeniflorins D(1) (3,0 microM), dan eugeniflorins D(2) (3,5 microM). hasil penelitian menunjukkan bahwa eugeniflorins D(1) dan D(2) merupakan senyawa yang paling berpotensi dalam menghambat DNA polymerase pada EBV.
Daftar pustaka
Consolini,A.E.,&Sarubbio,M.G.(2002).Pharmacological effects of Eugenia uniflora (Myrtaceae)aqueous crude extract on rats heart. Journal of Ethno pharmacology,81,57-63.
Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner & G.S. Hirschman. 1988. Eugenia uniflora leaf extract and lipid me- tabolism in Cebus apella monkeys. Journal of Ethnopharmacology 24:321-325.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30
Lee,M.,Chiou,J.,Yen,K.,&Yang,L.(2000).EBV DNA polymerase Inhibition of tannins from Eugenia uniflora.Cancer Letters,154,131-136
Matsumura,T., Kasai,M., Hayashi,T., Arisawa,M., Momose,Y., Arai,I.,etal.(2000). a Glucosidase inhibitors fromParaguay an Natural medicine, Nangapiry, the leaves of Eugenia uniflora. Pharmaceutical Biology,38,302-307.
Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro & A. Rojas De Arias. 1987. Preliminary pharmacological studies on Eugenia uniflora leaves: xanthine oxi-dase inhibitory activity. Journal of Ethnopharmacology 21:183-186.

Bayam Merah

(Alternanthera amoena Voss) 





Nama Lokal : 
Sunda: jukut jatinangor, Jawa: kecicak abang. 
Uraian : 
Merupakan tanaman semak, tinggi kurang lebih 50 cm, batang tegak, masif, beralur, percabangan monopodial dengan warna hijau kemerahan. Daunnya tunggal, berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing, tepinya rata, panjang 7-24 cm, lebar 4-12 cm, pertulangan menyirip, hijau kemerahan. Bunganya majemuk, berkelamin dua, di ketiak daun, bentuk bongkol, tangkai panjang 2 cm, hijau kemerahan, kelopak bentuk corong, benang sari kecil, tangkai putik kuning, kepala putik bulat, mahkota merah. Bijinya bulat, kecil, hitam. Akarnya tunggang, putih kecoklatan. 
Khasiat untuk kesehatan : 
Daun bayam merah berkhasiat sebagai obat sakit kepala/pening. 
Komposisi : 
Daun bayam merah mengandung saponin dan batangnya mengandung alkaloida, flavonoida, dan polifenol.

Jarong


 







Nama Latin : Achyranthes aspera L.
Nama daerah :
jarongan, jarong lelaki, nyarang, dodinga, daun sangaketan.
Deskripsi :
Jarong merupakan tumbuahan semak, dapat hidup lama tinggi dapat mencapai 1 meter, hidup liar di pinggir jalan, tanah kosong, di tempat-tempat berumput, dapat hidup pada dataran rendah maupun tinggi, daerah kering maupun basah. Batang berkayu segi empat bercabang. Daun tunggal saling berhadapan, bulat lonjong memenjang dengan pangkal runcing. Bunga dalam bulir memenjang, ujung tegak, berbunga banyak, tumbuh pada ujung tangkai, berwarna biru. Bulir buah kecil, bulat dan keras.
Kandungan zat :
Berdasarkan hasil penelitian yanga sudah diketahui pada seluruh bagian tanaman adalah reilosa, galaktosa, glukosa, akirantin, alkaloid. Biji mengandung sapogenin, hentriakontan. Akar mengandung triterpenoid,saponin, cedysterone.
Bagian yang digunakan :
Seluruh bagian tanaman (akar, batang, dan daun).
Khasiat :
Radang sendi, radang amandel, sakit menstruasi, mempermudah persalinan, demam, panas, malaria, batuk, gondok, infeksi ginjal, kencing batu, radang paru.

Klabet

(Trigonella foenoem-graecum L)

Nama simplisia Foenigraeci Semen; biji klabet.
Uraian :
Merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30-60 cm. Daun berbentuk bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset. Buah berisi 10-20 biji.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Asma, batuk, haid tidak teratur, membangkitkan nafsu makan, pencernaan tidak baik, radang lambung, sakit kerongkongan, hiasir, bisul (obat luar), rambut rontok (obat luar), rematik, nyeri otot (obat luar), pelembut kulit.
Komposisi :
Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, flavonoid vitexin, dan enzim.

Pohon Kelor

(Moringa oleifera, Lamk.)


Nama Lokal :
Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung); kerol (Buru); marangghi (Madura); moltong (Flores); kelo (Gorontalo); keloro (Bugis); kawano (Sumba); ongge (Bima).
Uraian :
Tanaman kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Di Jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya mudah patah dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter dpl. Bunganya berwarna kekuning-kekuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang, sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat. Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Sakit kuning (lever), reumatik/encok/pegal linu, rabun ayam, sakit mata, sukar buang air kecil, alergi/biduren, cacingan, luka bernanah.
Komposisi :
Kandungan kimia : Akar dan daun kelor mengandung zat yang berasa pahit, getir dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan lemak.

Kelingkit Taiwan

(Malpighia coccigera Linn.)

Nama Lokal :
Daun selaput, daun serut. Nama simplisia Malphigiae coccigerae Folium (daun kelingkit Taiwan).
Uraian :.
Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh subur di segala jenis tanah, terutama di tanah Hat. Kelingkit Taiwan sering ditemukan sebagai tanaman pagar atau tanaman hias sampai ketinggian 800 meter dpl. Perdu dengan tinggi 0,5-2,5 meter ini mempunyai ranting lurus yang menjulur, penuh dengan daun sehingga tampak rimbun. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bentuknya oval dengan pangkal membulat, bagian tepi terdapat bagian-bagian yang bergigi menyerupai duri, panjang 1-2 cm, tebal seperti kulit, permukaan mengilap, warnanya hijau tua. Bunga di ketiak, warnanya putih atau ros pucat. Buah keras (1-2 buah), besarnya sekitar 1 cm, bertangkai, warnanya merah, dan berbiji. Perbanyakan dengan stek batang.
Khasiat untuk kesehatan :
Daun digunakan untuk: menghentikan muntah akibat lambung panas, janin dalam kandungan bergerak terus karena ibu terlalu panas, gelisah, sulit tidur (insomnia), lidah kaku dan sukar bicara; rematik, dan hepatitis.