welcome

---- SELAMAT DATANG DI PONDOK HERBAL WANITA SOLUSI TEPAT UNTUK ANDA DAN KELUARGA ----

Selasa, 13 November 2012

Hal Hal Yang Dilakukan Sebelum Proses Memijat


1. Bagi Pemula Hendaknya mengetahui ilmu penyakit dan anatomi tubuh manusia. Mendalami dan menghafal zona atau daerah daerah refleksi di seluruh tubuh manusia.
2. Pakailah minyak urut supaya kulit tidak lecet ketika dipijat.
3. Sebaiknya melakukan pijatan dua hari sekali atau 3 kali dalam seminggu. Jangan melakukan pijatan setiap hari atau setiap saat karena hal ini akan merusak saraf reflek.
4. Setiap titik refleksi biasanya dipijat 5 menit, jika sakitnya keras boleh dipijat 10 menit.
5. Jika pemijatan terlalu keras dan pasien merasa kesakitan, maka tekanan pijatan dikurangi dari memindahkan pijat ke bagian lainnya.
6. Jangan Memijat pada waktu : 

  • Pasien Menderita Penyakit Menular
  • Bagian tubuh yang luka atau bengkak
7. Reaksi sesudah dipijat :
  • Sakit Ginjal : Setelah dipijat kadang mengeluarkan air kencing berwarna coklat atau merah, ini gejala baik, teruskan. 
  • Sakit pinggang : Setelah dipijat 3 hari ada kalanya hari keempat punggung makin sakit, ini berarti rintangan peredaran darah berhasil dibobolkan, teruskan.
  • Suhu Bada Naik : Ini Normal saja sebagai reaksi kelenjar refleksi
  • Timbul luka/borok di paha : Berarti kotoran didalam darah tidak bisa dibuang secara normal sehingga dibuang melalui luka/borok
  • Urat Darah Menonjol : Berarti sirkulasi darah makin lancar.
  • Tumit Bengkak : Kelenjarnya masih terhambat.
  • Salah satu bagian tubuh ada yang sakit : ini disebabkan  rintangan peredaran darah berhasil dibobolkan.

Dewandaru

Nama latin : Eugenia uniflora




a. Morfologi tanaman
Tanaman Eugenia uniflora berbentuk perdu yang tumbuh secara tahunan dengan tinggi lebih dari 5 meter. Batangnya tegak berkayu, berbentuk bulat danberwarna coklat. Daun yang dimiliki berwarna hijau serta merupakan daun tunggal tersebar berbentuk lonjong dengan ujung runcing dan pangkal meruncing. Tepi daun rata, pertulangan menyirip dengan panjang lebih dari 5 cm dan lebar kurang lebih 4 cm. Tanaman ini memiliki bunga berbetuk tunggal berkelamin dua dengan daun pelindung yang kecil berwarna hijau. Kelopak bunga bertaju tiga sampai lima, benangsari yang dimiliki banyak dengan warna putih. Putik berbentuk slindris, makota bunga berbentuk kuku dan berwarna kuning. Buah Eugenia uniflora berupa buah buni bulat denagn diameter kurang lebih 1,5 cm dan berwarna merah. Bijinya keras, berwarna coklat, dan kecil. Akar yang dimiliki berwarna coklat dan merupakan akar tunggang (Hutapea, 1994).
b. Habitat dan Penyebaran
Tanaman Eugenia uniflora tersebar luas di negara-negara Amerika Selatan terutama di Brasil, Argentina, Uruguay, dan Paraguay (Consolini&Sarubbio,2002). Tanaman ini menyebar di Indonesia hingga di daerah Sumatera dan Jawa (Hutapea, 1994)
c. Sistematika Tanaman
Klasifikasi Eugenia uniflora Lam. dalam sistematika tumbuhan adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Eugenia
Jenis : Eugenia uniflora L.
(Hutapea, 1994)

d. Nama Daerah
Tanaman : Eugenia uniflora L.
Sinonim : Eugenia micnelii Lamk.
Nama Daerah : Cereme asam (Melayu), Asem selong, belimbing londo, dewandaru

(Jawa) (Hutapea, 1994).
e. Kandungan Kimia
Daun tanaman Eugenia uniflora menagndung flavonoid, saponin, dan tanin (Hutapea, 1994). Flavonoid dari ekstrak daun berupa myricetrin, myrcitrin, gallocatechin, quercetin, dan quercitrin (Schmeda-Hirschmann et al, 1987). Senyawa tannin yang diisolasi dari fraksi aktif Eugenia uniflora antara lain gallocatechin, oenothein B, eugeniflorins D(1) and D(2) (Lee et al, 2000)
f. Manfaat Tanaman
Buah dan daun Eugenia uniflora digunakan sebagai peningkat kualitas astringent dan mengurangi tekanan darah tinggi (Bandoni et al, 1972). Hasil decocta daun Eugenia uniflora di Paraguai digunakan untuk menurunkan kolesterol dan tekanan darah (Ferro et al, 1994). Selain itu juga dapat menurunkan metabolisme lipid dan dapat digunakan sebagai efek proteksi pada trigliserida dan level lipoprotein yang sangat rendah (Ferro et al, 1988).
Daun Eugenia uniflora sebagai obat tradisional berkhasiat sebagai obat mencret (Hutapea, 1994). Aksi anti infamasi yang tinggi juga ditemukan pada daun Eugenia uniflora (Scapoval et al, 1994). Pada Brazilian folk medicine buah Eugenia uniflora digunakan sebagai antidiare, diuretik, antirematik, anti-febrile, dan antidiabetik. Selain itu, ekstrak daun Eugenia uniflora juga sebagai agen hipotensif (Consolini et al, 2000) dan menghambat peningkatan level trigliserida dan glukosa plasma (Matsumura et al, 2000).
g. Penelitian tentang Eugenia uniflora Lam.
Eugenia uniflora Lam. merupakan salah satu tanaman yang memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan sebagai obat antikanker. Beberapa penelitian mengenai khasiat daun Eugenia uniflora sebagai obat antikanker telah dilakukan.
Uji sitotoksik Eugenia uniflora L terhadap sel Hela menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat mempunyai efek sitotoksik yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol dan kloroform. Uji sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT dengan seri konsentrasi 5, 10, 25, 50, 125, 250µg/ml. Nilai IC50 ekstrak etil asetat 241,546µg/ml dan IC50 ekstrak kloroform 244,906µg/ml. Sedangkan pada ekstrak etanol tidak dapat ditentukan nilai IC50 nya karena tidak menunjukkan potensi penghambatannya terhadap pertumbuhan sel HeLa (Handayani, 2006).
Lee M.H. et al (2000) melakukan penelitian pengaruh Eugenia uniflora L terhadap Epstein-Barr Virus (EBV) yang sering berhubungan dengan Nasopharyngeal carcinoma (NPC). Empat senyawa tanin pada Eugenia uniflora L dan IC50 yang dimiliki yaitu gallocatechin (26,5 microM), oenothein B (62,3 microM), eugeniflorins D(1) (3,0 microM), dan eugeniflorins D(2) (3,5 microM). hasil penelitian menunjukkan bahwa eugeniflorins D(1) dan D(2) merupakan senyawa yang paling berpotensi dalam menghambat DNA polymerase pada EBV.
Daftar pustaka
Consolini,A.E.,&Sarubbio,M.G.(2002).Pharmacological effects of Eugenia uniflora (Myrtaceae)aqueous crude extract on rats heart. Journal of Ethno pharmacology,81,57-63.
Ferro, E., A. Schinini, M. Maldonado, J. Rosner & G.S. Hirschman. 1988. Eugenia uniflora leaf extract and lipid me- tabolism in Cebus apella monkeys. Journal of Ethnopharmacology 24:321-325.
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid III, Departemen Kesehatan RI dan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 29-30
Lee,M.,Chiou,J.,Yen,K.,&Yang,L.(2000).EBV DNA polymerase Inhibition of tannins from Eugenia uniflora.Cancer Letters,154,131-136
Matsumura,T., Kasai,M., Hayashi,T., Arisawa,M., Momose,Y., Arai,I.,etal.(2000). a Glucosidase inhibitors fromParaguay an Natural medicine, Nangapiry, the leaves of Eugenia uniflora. Pharmaceutical Biology,38,302-307.
Schmeda-Hirschmann, G., C. Theoduloz, L. Franco, E. Ferro & A. Rojas De Arias. 1987. Preliminary pharmacological studies on Eugenia uniflora leaves: xanthine oxi-dase inhibitory activity. Journal of Ethnopharmacology 21:183-186.

Bayam Merah

(Alternanthera amoena Voss) 





Nama Lokal : 
Sunda: jukut jatinangor, Jawa: kecicak abang. 
Uraian : 
Merupakan tanaman semak, tinggi kurang lebih 50 cm, batang tegak, masif, beralur, percabangan monopodial dengan warna hijau kemerahan. Daunnya tunggal, berseling, lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing, tepinya rata, panjang 7-24 cm, lebar 4-12 cm, pertulangan menyirip, hijau kemerahan. Bunganya majemuk, berkelamin dua, di ketiak daun, bentuk bongkol, tangkai panjang 2 cm, hijau kemerahan, kelopak bentuk corong, benang sari kecil, tangkai putik kuning, kepala putik bulat, mahkota merah. Bijinya bulat, kecil, hitam. Akarnya tunggang, putih kecoklatan. 
Khasiat untuk kesehatan : 
Daun bayam merah berkhasiat sebagai obat sakit kepala/pening. 
Komposisi : 
Daun bayam merah mengandung saponin dan batangnya mengandung alkaloida, flavonoida, dan polifenol.

Jarong


 







Nama Latin : Achyranthes aspera L.
Nama daerah :
jarongan, jarong lelaki, nyarang, dodinga, daun sangaketan.
Deskripsi :
Jarong merupakan tumbuahan semak, dapat hidup lama tinggi dapat mencapai 1 meter, hidup liar di pinggir jalan, tanah kosong, di tempat-tempat berumput, dapat hidup pada dataran rendah maupun tinggi, daerah kering maupun basah. Batang berkayu segi empat bercabang. Daun tunggal saling berhadapan, bulat lonjong memenjang dengan pangkal runcing. Bunga dalam bulir memenjang, ujung tegak, berbunga banyak, tumbuh pada ujung tangkai, berwarna biru. Bulir buah kecil, bulat dan keras.
Kandungan zat :
Berdasarkan hasil penelitian yanga sudah diketahui pada seluruh bagian tanaman adalah reilosa, galaktosa, glukosa, akirantin, alkaloid. Biji mengandung sapogenin, hentriakontan. Akar mengandung triterpenoid,saponin, cedysterone.
Bagian yang digunakan :
Seluruh bagian tanaman (akar, batang, dan daun).
Khasiat :
Radang sendi, radang amandel, sakit menstruasi, mempermudah persalinan, demam, panas, malaria, batuk, gondok, infeksi ginjal, kencing batu, radang paru.

Klabet

(Trigonella foenoem-graecum L)

Nama simplisia Foenigraeci Semen; biji klabet.
Uraian :
Merupakan terna tahunan, tumbuh tegak, tinggi 30-60 cm. Daun berbentuk bundar telur terbalik sampai bentuk baji. Bunga tunggal atau sepasang, keluar di ketiak daun, mahkota berwarna kuning terang. Buah polong gundul, memanjang atau berbentuk lanset. Buah berisi 10-20 biji.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Asma, batuk, haid tidak teratur, membangkitkan nafsu makan, pencernaan tidak baik, radang lambung, sakit kerongkongan, hiasir, bisul (obat luar), rambut rontok (obat luar), rematik, nyeri otot (obat luar), pelembut kulit.
Komposisi :
Alkaloid trigonelina, steroida, sapogenin, diosgenin, gitogenin, tigogenin, yamogenin, trilin, diosin, flavonoid vitexin, dan enzim.

Pohon Kelor

(Moringa oleifera, Lamk.)


Nama Lokal :
Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung); kerol (Buru); marangghi (Madura); moltong (Flores); kelo (Gorontalo); keloro (Bugis); kawano (Sumba); ongge (Bima).
Uraian :
Tanaman kelor termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7-11 meter. Di Jawa, kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya mudah patah dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter dpl. Bunganya berwarna kekuning-kekuningan dan tudung pelepah bunganya berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepanjang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang, sedang getahnya yang telah berubah warna menjadi coklat. Pengembangbiakannya dapat dengan cara stek.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Sakit kuning (lever), reumatik/encok/pegal linu, rabun ayam, sakit mata, sukar buang air kecil, alergi/biduren, cacingan, luka bernanah.
Komposisi :
Kandungan kimia : Akar dan daun kelor mengandung zat yang berasa pahit, getir dan pedas. Biji kelor juga mengandung minyak dan lemak.

Kelingkit Taiwan

(Malpighia coccigera Linn.)

Nama Lokal :
Daun selaput, daun serut. Nama simplisia Malphigiae coccigerae Folium (daun kelingkit Taiwan).
Uraian :.
Tanaman yang berasal dari Hindia Barat ini tumbuh subur di segala jenis tanah, terutama di tanah Hat. Kelingkit Taiwan sering ditemukan sebagai tanaman pagar atau tanaman hias sampai ketinggian 800 meter dpl. Perdu dengan tinggi 0,5-2,5 meter ini mempunyai ranting lurus yang menjulur, penuh dengan daun sehingga tampak rimbun. Daun tunggal, letaknya berhadapan, bentuknya oval dengan pangkal membulat, bagian tepi terdapat bagian-bagian yang bergigi menyerupai duri, panjang 1-2 cm, tebal seperti kulit, permukaan mengilap, warnanya hijau tua. Bunga di ketiak, warnanya putih atau ros pucat. Buah keras (1-2 buah), besarnya sekitar 1 cm, bertangkai, warnanya merah, dan berbiji. Perbanyakan dengan stek batang.
Khasiat untuk kesehatan :
Daun digunakan untuk: menghentikan muntah akibat lambung panas, janin dalam kandungan bergerak terus karena ibu terlalu panas, gelisah, sulit tidur (insomnia), lidah kaku dan sukar bicara; rematik, dan hepatitis.

Keji Beling

(Stachytarpheta mutabilis, Vahl.)

Nama Lokal :
Keji beling (Indonesia), ngokilo (Jawa).
Uraian :
Keji beling adalah suatu jenis tumbuhan yang berbatang basah dan sepintas lalu menyerupai rumput berbatang tegak. Di Jawa, tanaman ini banyak terdapat di pedesaan yang tumbuh sebagai semak. Batang pohonnya berdiameter antara 0,2-0,7 cm. Kulit luar berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau dan apabila menjadi tua berubah menjadi coklat. Daun ngokilo berbentuk bulat telur, pada tepinya bergerigi dengan jarak agak jarang, berbulu halus hampir tak kelihatan. Panjang helaian daun (tanpa tangkai) berkisar antara 5-8 cm dan lebar daun kira-kira 2-5 cm. Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur, agak terlindung dan di tempat terbuka. Perbanyakan tanaman keji beling dilakukan dengan stek.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Tumor, diabetes melitus, lever (sakit kuning), ambeien (wasir); kolesterol, maag, kena bisa ulat dan semut hitam.
Komposisi :
Daun keji beling mengandung unsur-unsur mineral seperti kalium, natrium, kalsium dan beberapa unsur lainnya.

Kecubung Gunung

(Brugmansia suaveolens [H. et B.] B. et P)


Nama Lokal :
Nama simplisia Brugmansiae suaveolensis Flos (bunga kecubung gunung).
Uraian :
Kecubung gunung berasal dari Meksiko dan termasuk tanaman beracun. Di Indonesia, umumnya tumbuh liar di daerah yang lembab sebagai penutup jurang atau digunakan sebagai pagar hidup maupun perdu hias. Tumbuhan ini dapat ditemukan pada ketinggian 700-2100 meter dpl. Perdu kuat atau pohon kecil, tegak, berkayu, bercabang-cabang, tinggi 2-4 meter. Ujung ranting berambut pendek yang sangat rapat. Helaian daun besar, bertangkai, bulat telur atau bulat telur memanjang, pangkal tumpul atau runcing, umumnya tidak sama sisi, ujung runcing, tepi berlekuk, pertulangan menyirip, permukaan daun berbulu jarang, permukaan bawah berambut halus, panjang 9-35 cm, lebar 4-­17 cm. Bunga tunggal di ketiak daun, menggantung, bertangkai. Kelopak bunga hijau, bentuk tabung. Mahkota berbentuk terompet, tabung bersudut lima dan taju meruncing pendek, berwarna putih atau jingga, berbau enak pada malam hari. Buah buni memanjang, tidak berduri tempel, berambut halus, panjang 9-11 cm, tidak membuka. Biji berkulit tebal menyerupai gabus, berwarna abu-abu. Kecubung gunung dapat diperbanyak dengan cara setek dan biji.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Bunga digunakan untuk mengatasi sesak napas, nyeri haid, dan sakit perut.
Komposisi :
Alkaloid skopolamin, saponin, glikosida flavonoida, dan polifenol.

Kecubung

(Datura metel, Linn.)


Nama Lokal :
Kecubung (Jawa, Sunda); kacobhung (Madura); bembe (Madura); bulutube (Gorontalo); taruapalo (Seram); tampong-tampong (Bugis); kucubu (Halmahera, Ternate); padura (Tidore); karontungan, tahuntungan (Minahasa).
Uraian :
Kecubung termasuk tumbuhan jenis perdu yang mempunyai pokok batang kayu dan tebal. Cabangnya banyak dan mengembang ke kanan dan ke kiri sehingga membentuk ruang yang lebar. Namun demikian, tinggi dari tumbuhan kecubung ini kurang dari 2 meter. Daunnya berbentuk bulat telur dan pada bagian tepiannya berlekuk-lekuk tajam dan letaknya berhadap-­hadapan. Bunga kecubung menyerupai terompet dan berwarna putih atau lembayung. Buahnya hampir bulat yang salah satu ujungnya didukung oleh tangkai tandan yang pendek dan melekat kuat. Buah kecubung, bagian luarnya, dihiasi duri-duri dan dalamnya berisi biji-biji kecil berwarna kuning kecoklatan. Kecubung cocok hidup di daerah dataran rendah sampai ketinggian tanah 800 meter dpl. Selain tumbuh liar di ladang-­ladang, kecubung juga sering ditanam di kebun atau pelataran halaman rumah di pedesaan. Perbanyakan tanaman ini melalui biji dan stek.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Asma, reumatik, sakit pinggang, pegel linu, bisul, eksim.
Komposisi :
Kecubung mengandung beberapa senyawa kimia, diantaranya : hiosin, co-oksalat, zat lemak, atropin (hyosiamin) dan skopolamin. Kecubung yang berbunga putih sering dianggap paling beracun dibanding jenis kecubung lainnya yang juga mengandung zat alkaloida.

Lempuyang Wangi

(Zingiber aromaticum Val.)

Nama simplisia:
Zingiberis aromaticae rhizoma; rimpang lempuyang wangi.
Uraian :
Tanaman ini dapat tumbuh rendah sampai tinggi, perennial, batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 meter. Batangnya berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang berkoloni, hijau, rimpang; merayap, berdaging, gemuk, aromatik. Daun: tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah membentuk batang semu, helaian; bentuk 1 lanset sempit, terlebar di tengah atau di atas tengah, panjang 3-7 kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing, berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangkal. Bunga tersusun majemuk, bentuk bulat telur, muncul di atas tanah, tegak, berambut halus, ramping tebal. Daun pelindung sangat lebih besar dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota. Mahkota: kuning terang, hijau gelap, atau putih, tabung ; 2-3 cm, cuping bulat telur bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing, bibi- bibiran bulat telur atau membulat, jingga atau kuning lemon. Buahnya berbentuk bulat telur terbalik, merah, l2 x 8 mm. Biji: bulat memanjang bola, rata rata 4 mm. Daerah distribusi. Di Jawa dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian 1­-1200 meter dpl, banyak tumbuh sebagai tumbuhan liar di tempat-tempat yang basah di dataran rendah dan tinggi. Tumbuh baik di bawah hutan jati. Pactn umumnya dengan potongan rimpang yang bermata tunas atau anakan yang masih muda setidaknya dengan 1 tunas. Secara alami potongan-potongan rimpang yang telah bertunas akan memperbanyak diri dengan biji. Tumbuhan ini akan dapat berkembang secara baik di hutan, kebun, pekarangan dengan intensitas matahari di bawah naungan.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Rimpang: biasanya digunakan dalam bentuk seduhan rimpang untuk obat asma, merangsang nafsu makan, merangsang membran mukosa lambung, mengurangi rasa nyeri, pembersih darah, penambah nafsu makan, menurunkan kesuburan pada wanita, pencegah kehamilan, pereda kejang, untuk mengobati penyakit empedu, penyakit kuning, radang sendi, batuk rejan, kolera, anemia, malaria, penyakit syaraf, nyeri perut, mengatasi kecacingan, masuk angin. Pada pemakaian luar digunakan untuk mengurangi rasa nyeri.
Komposisi :
Rimpang: minyak atsiri yang tersusun dari a-kurkumen, bisabolen, zingiberen, kariofilen, seskuifelandren, zerumbon, limonen, kamfer; di samping itu zat pedas gingerol, sogaol, zingeron, paradol, heksahidrokur-kumin, dihidrogingerol; informasi lain menyebutkan damar, tanin, resin, pati, gula.

Ketepeng Kecil

(Cassia tora Linn.)


Nama Lokal :
Ketepeng sapi, ketepeng cilik (Jawa); ketepeng lentik (Sunda).
Uraian :
Tanaman berupa perdu kecil yang tumbuh tegak dengan tinggi sekitar 1 meter. Tumbuh liar di pinggir kota, daerah tepi sungai, semak belukar dan kadang-kadang ditanam sebagai tanaman hias. Batangnya lurus, pangkal batang berkayu, banyak bercabang, daerah ujung batang berambut jarang. Daun letak berseling, berupa daun majemuk menyirip ganda terdiri dari 3 pasang anak daun yang bentuknya bulat telur sungsang, panjang 2-3 cm, lebar 1,5 - 3 cm ujung agak membulat dan pangkal daun melancip, warna hijau, permukaan bawah daun berambut halus. Bunganya banyak berwarna kuning tersusun dalam rangkaian tandan yang tumbuh pada ketiak daun. Buahnya buah polong berkulit keras berisi 20-30 biji yang bentuknya lengkung berwarna coklat kuning mengkilat. Tanaman perdu ini berasal dari Amerika tropik dan menyukai tempat terbuka atau agak teduh dapat tumbuh di dataran rendah sampai 800 meter dpl.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Radang mata, luka kornea, rabun senja, glukoma, hipertensi, hepatitis, perut busung air, sulit buang air besar.
Komposisi :
Kandungan kimia: Biji segar mengandung chryzophanol, emodin, aloe-emodin, rhein, physcion, obtusin, aurantio-obtusin,rubrobusarin, torachryson, toralactone, vitaminA.

Kunci Pepet

(Kaemferia rotunda L.)


Nama Lokal :
Nama daerah Jawa: kunci pepet, temu rapet, ardong (Jawa); kunir putih (Sunda); Madura: konce pet; (Melayu) temu putri. Nama simplisia Kaempferiae rotundae Rhizoma (kunci pepet).
Uraian :
Kunci pepet atau kunir putih sering disebut "kunyit putih" atau "Curcuma alba", sebutan nama latin yang salah. Karena daunnya bercorak indah dan tumbuhnya tidak tinggi maka sosoknya menyerupai tanaman hias sehingga sering ditanam di pekarangan atau di dalam pot. Kunci pepet juga bisa ditemukan tumbuh liar dibeberapa tempat dibagian timur Jawa sampai ketinggian kurang dari 750 meter dpl. Selain digunakan sebagai campuran jamu tradisional, kunci pepet juga sering digunakan untuk kosmetika tradisional. Tanaman ini terdapat pada dataran rendah dengan ketinggian kurang dari 750 meter dpl. Banyak ditemukan di Sumatera dan Jawa. Selain itu, juga ditemukan di India, Srilangka, dan Malaysia. Terna tahunan dengan tinggi 30-70 cm ini tumbuh merumpun dengan batang semu yang tumbuh dari rimpangnya. Daun tunggal, helaian daun berbentuk lanset, panjang 20-30 cm, lebar 7,5-10 cm, ujung runcing, pangkal berpelepah, tepi rata, warnanya hijau muda dengan bagian tengah bercorak warna coklat. Bunga keluar dari rimpang dengan batang semu yang amat pendek. Bunga bisa tumbuh menggerombol, sering mekar beberapa kuntum sekaligus, warnanya ungu muda kemerahan. Akarnya berdaging membentuk rimpang yang tidak terlalu besar, yaitu seukuran telur puyuh. Dan rimpang induk keluar akar-akar kasar yang ujungnya terdapat anakan rimpang yang berair dan tampak tumbuh menggerombol menutupi rimpang induk. Jika rimpang dibelah terlihat warnanya putih pucat,. berserat halus, dan rasanya pahit. Jika telah keluar bunga, menandakan rimpang siap di panen. Umbi muda bisa dijadikan lalap. Perbanyakan dengan rimpang.
Khasiat untuk kesehatan :
Rimpang digunakan untuk mengatasi: gangguan pencernaan, sakit perut, perut mulas, dan bengkak karena memar, keseleo.
Komposisi :
Rimpang mengandung minyak asiri berwarna kuning muda, agak berbau, mengandung borneol, sineol, metil khavikol, dan saponin.

Kembang Sungsang

(Gloriosa superba L.)


Nama Lokai :
Kembang jonggrang, kembang kuku macan (Jakarta); katongkat, kembang sungsang (Sunda); mandalika (Bali).
Uraian :
Tanaman ini dapat tumbuh liar di semak belukar, hutan jati dan kadang ditanam sebagai tanaman hias yang dirambatkan di pagar dan daerah pantai sampai 300 meter dpl. Tanaman ini menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari penuh. Sering berbunga terutama diawal musim penghujan, serta dikenal mempunyai rimpang yang beracun. Merupakan terna tahunan yang berumur panjang, memanjat, tingginya mencapai 2,5 meter, bercabang melebar. Batangnya lunak, memanjat dengan sulur yang terdapat diujung daun. Daun tunggal bentuk lanset, ujung runcing, pangkal memeluk batang, tepi rata, panjang 8-25 cm, lebar 1-4 cm. Bunga kuncup bentuknya bulat memanjang, bertangkai panjang, ujungnya runcing menghadap ke bawah. Bila mekar, bunganya akan membalik keatas, mahkota bunga berjumlah 6 yang berbentuk keriting, bagian atas warnanya merah, pangkalnya berwarna kuning kehijauan. Warna bunganya lama­-kelamaan akan menjadi merah keseluruhan dan tidak cepat layu. Buah panjangnya 4-5 cm. Bijinya banyak, warnanya merah oranye. Akarnya mempunyai rimpang yang horizontal dan besar. Perbanyakan dengan biji atau rimpang.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Lumpuh, sakit pada persendian, panas tinggi, kram, badan, membengkak, kencing nanah, sukar bersalin.
Komposisi :
Kandungan kimia : colchicine, alkaloid.

Lempuyang Gajah

(Zingiber zerumbet (L.) J. E. Smith)

Nama simplisia :
Zingiberis zerumbeti rhizoma; rimpang lempuyang gajah.
Uraian :
Tanaman ini dapat tumbuh rendah sampai tinggi, perennial, batang asli berupa rimpang di bawah tanah, tinggi lebih dari 1 meter. Batangnya semu berupa kumpulan pelepah daun yang berseling, di atas tanah, beberapa batang berkoloni, hijau, rimpang; merayap, berdaging, gemuk, aromatik. Daunnya tunggal, berpelepah, duduk berseling, pelepah membentuk batang semu, helaian; bentuk lanset sempit, terlebar di tengah atau di atas tengah, panjang 3-7 kali lebar, pangkal runcing atau tumpul, ujung sangat runcing atau meruncing, berambut di permukaan atas, tulang daun atau di pangka1, 14-40 x 3-8,5 cm, tangkai berambut, 4-5 mm. Lidah daun tegak, tumpul, seperti membran, berambut 1.5-3 cm. Bunga tersusun majemuk bulir, bentuk bola atau memanjang, muncul di atas tanah tegak, berambut halus, ramping ltebal. Daun pelindung sangat lebih besar dari kelopak, sama panjang dengan tabung mahkota. Mahkota berwarna kuning terang, hijau gelap, atau putih, tabung 2-3 cm, cuping bulat telur bulat memanjang, ujung meruncing atau runcing. Bijinya bulat memanjang bola, rata-rata 4 mm. Habitat dan budidaya tumbuhan dapat ditemukan diAsia tropis, tumbuh liar dihutan dataran dengan ketinggian hingga 1200 meter dpl. Di Jawa sering ditanam di pekarangan dan tempat-tempat lain yang basah, tapi pada umumnya tumbuh liar. Lempuyang dapat ditanam dari potongan-potongan rimpang yang mempunyal mata tunas atau anakan muda.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Batu ginjal, disentri, kejang pada anak-anak, mencret, membangkitkan nafsu makan, penyegar, sakit kuning, sakit kulit, selesma dan sakit kulit (obat luar).
Komposisi :                                  .
Rimpang: kurkumin, suatu zat warna kuning. Minyak atsiri rirnpang terdiri dari sineol, dipenten, limonen, kariofilen, kariofilenoksid, humulenepoksid I, II, III, humulenol I, II; helcsahidrohumulenol II, heksahidro humulenon, zerum-bonoksid; kamfen (16%), humulen (17%), zerumbon (36%).

Kol Banda

(Pisonia alba Span.)

Nama Lokal :
Kol bandang (Sunda, Jawa); safe (Roti), hale (Flores); motong (Solor); hali (Alor); kendu (Irian); kayu wulan, kayu bulan, kayu burang, kayu bulang, buring, kai lolohun, kayu kulo (Sulawesi); suwe, sayor putih, talang; air puiro, ai puti, ail putiil, kau fulan uta ambulane, hate bula, hate bulan (Maluku).
Uraian :
Kol banda merupakan tanaman asli Indonesia, terutama di bagian timur dan di Jawa serta tempat-tempat lain. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di hutan, tepi pantai dan tempat-tempat terbuka lain seperti di pekarangan rumah sebagai tanaman pagar, di taman-taman sebagai tanaman hias atau tumbuh liar dan dapat ditemukan dari 1-300 meter dpl. Perdu atau pohon kecil, tinggi sekitar 5-13 meter. Percabangan agak mendatar sehingga tampak rindang. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya jorong sampai memanjang, tepi rata atau bergerigi, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 9-24 cm, lebar 3-16 cm, tulang daun menyirip. Daun muda yang tumbuh di ujung batang warnanya putih sampai kuning pucat, sedang daun tua berwarna hijau muda. Bunganya kecil-kecil berbentuk tabung, merupakan bunga majemuk menggarpu dan jarang ditemukan. Daun muda dapat dimakan sebagai lalap mentah, direbus atau sebagai pembungkus buntil. Perbanyakan dengan cangkok, stek batang atau ranting, biasanya dipilih ranting yang cukup besar.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Asma, bengkak-bengkak, bisul, penebalan kulit, mata ikan, sering kencing.
Komposisi :
Daun : bau lemah tidak khas, rasa tawar.

Kubis

(Brassica oleracea var. capitata)

Nama Lokal :
Nama daerah kol, kobis, kubis telur, kubis krop. Nama simplisia Brassicae capitatae Folium (daun kubis). , ;
Uraian :
Kubis-kubisan memiliki jenis yang cukup banyak dan yang lazim ditanam di Indonesia, antara lain kubis, kubis bunga, brokoli, kubis tunas, kubis rabi, dan kale. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman tahunan. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman. Sayuran ini dapat ditanam di dataran rendah maupun di dataran tinggi dengan curah huian rata-rata 850-900 mm. Daunnya bulat, oval, sampai lonjong, membentuk roset akar yang besar dan tebal, warna daun bermacam-macam, antara lain putih, hijau, dan merah keunguan. Buahnya buah polong berbentuk silindris, panjang 5-10 cm, berbiji banyak. Biji berdiameter 2-4 mm, berwarna cokelat kelabu. Umur panennya berbeda-beda, berkisar dari 90 hari sampai 150 hari. Kubis dapat diperbanyak dengan biji atau setek tunas.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Gatal akibat jamur candida, jamur di kulit kepala, tangan, dan kaki kadar kolesterol darah tinggi, radang sendi, melindungi tubuh dari sinar radiasi, seperti sinar X-ray, komputer, microwave, dan televisi berwarna, antidote pada mabuk alkohol, racun di hati, menghilangkan keluhan prahaid, meningkatkan produksi ASI, mencegah tumor membesar, mencegah kanker kolon dan rektum, borok pada saluran cerna, sembelit.
Komposisi :
Kubis segar mengandung air, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, vitamin (A, C, E, tiamin, riboflavin, nicotinamide), kalsium, dan beta karoten. Selain itu, juga mengandung senyawa sianohidroksibutena, sulforafan, dan iberin.

Kwalot

(Brucea javanica (L.) Merr.)

Nama Lokal :
Cerek jantan, taun, ki padessa, belilik, amber merica.
Uraian :
Semak tinggi, tegak, sangat pahit, tinggi 1-2,5 m. Susunan daun menyirip ganjil, anak daun 5-13, sebagian besar berhadapan, anak daun berbentuk bulat telur memanjang lanset, ujung meruncing, tepi bergerigi beringgit, pangkal membulat atau runcing, berambut 5,5-17,5 kali 2-7,5 cm. Bunga berkelamin 1 atau 2, dalam susunan malai sempit panjang 2-30 cm. Perhiasan bunga berupa kelopak, segmen kelopak sangat kecil, bentuk oval bulat telur terbalik, 0,75-1 mm. Mahkota memiliki 5 daun mahkota, bentuk memanjang, tumpul, berambut jarang, sepanjang tepi berkelenjar, berwarna hijau ungu. Benang sari sebanyak daun mahkota, kepala sari tidak ada pada bunga betina. Putik pada bunga jantan rudimenter, bertaju 4, pada bunga yang berkelamin 2 atau bunga betina bakal buah dan tangkai putik 4, lepas, tonjolan penebalan dasar bunga jelas. Buah batu bulat memanjang, panjang 8 mm. Tumbuhan ini dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 0,5-550 meter dpl. Lebih kurang ditemukan 6 jenis tumbuhan yang tumbuh di Afrika. Di Indonesia banyak tumbuh di Jawa dan Madura, yaitu biasanya terdapat pada belukar, di tepi sungai, hutan jati, hutan sekunder muda, dan sebagai tanaman pagar.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Biji         : digunakan pada pengobatan berbagai penyakit antara lain kanker, disentri, malaria.
Akar      : digunakan untuk mengobati demam, disentri, batuk, rematik.
Daun      : digunakan untuk mengobati demam, kudis, bisul, penawar racun lipan.
Buah      : digunakan untuk mengurangi perdarahan, disentri.
Seluruh bagian tumbuhan digunakan dalam pengobatan demam, kejang perut, disentri.      .
Komposisi :
Biji zat pahit, triteipen, sterin, lilin, senyawa fenolik (zat samak). Zat pahit yang terdapat dalam biji Brucea javanica L. Meer terdiri dari bruseantin, bruseantinol, brusein A, B, C, D, dehidrobusein A, brusatol, yadanziolid, yadanziolid A, yadanziolid C, yadanziolid F, senyawa pahit mirip kantin-6-on

Landep

(Barleria prionitis L.)

Nama Lokal :                                                   
Jarong, kembang landep (Sunda); landep (Jawa); bunga landak (Sumatera); landhep (Madura).
Uraian :
Tumbuhan ini berasal dari Asia tropik dan Afrika Selatan. Di Indonesia ditemukan di daerah yang beriklim kering, tumbuh liar atau ditanam untuk pagar dari dataran rendah sampai 400 meter dpl. Perdu, tinggi 1,5-2 meter. Batang berkayu, segi empat, berbuku- buku, berambut, berduri kuat yang terdapat pada ketiak-ketiak daun. Daun. tunggal, daun-muda berambut, letak berhadapan, panjang tangkai daun 4-8 mm. Helai daun jorong sampai lanset atau bundar telur memanjang, ujung meruncing, pangkal meruncing menyempit sepanjang tangkai, tepi rata agak berombak, panjang 2-18 cm, lebar 2-6,5 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau. Bunga tunggal, simetris dua sisi, di ketiak daun, mahkota bertaju lima, bentuk elips memanjang, warnanya kuning. Buah kotak, bulat telur, pipih, ujung agak lancip, keras, terbagi dua, warnanya hijau. Biji bulat telur, pipih, mengilap seperti beludru, warna cokelat. Perbanyakan dengan biji atau setek batang.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Rematik, sakit pinggang, demam, sakit perut, perut busung air, kencing kurang lancar, kudis, gusi nyeri, cacingan, beser mani.
Komposisi :
Kandungan kimia : Daun landep mengandung saponin, flavonoida, tanin, garam kalium, dan silikat. Sedangkan akar mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol.

Kembang Sore

(Abutilon indicum (L.) Sweet)


Nama Lokal :
Cemplok (Jawa); barulau, belalang sumpa (Palembang); jeuleupa (Aceh); kembang sore kecil (Maluku); gandera ma cupa (Ternate).
Uraian :
Tanaman ini dapat ditemukan dari 1-400 meter dpl dan menyukai tempat terbuka seperti di hutan, semak, tanah kosong yang terlantar, kadang ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias. Perdu ini tumbuh tegak berumur panjang, tinggi 0,5-3 meter, pangkalnya kerap kali berkayu dengan ranting yang keluar dari bawah, berambut pendek dan rapat. Daun letak berseling bertangkai panjang, bentuknya seperti jantung dengan ujung runcing, tepi bergerigi atau beringgit kasar, tulang daun menjari panjang 3-11 cm, lebar 2,5-7 cm. Bunga tunggal dengan 5 daun mahkota berwarna kuning, diameter 2-2,5 cm, bertangkai yang panjangnya 2-6 cm, keluar dari ketiak daun dan mekar setelah tengah hari. Buahnya berbentuk seperti bola tertekan dengan tinggi 1,5 cm, penampang 2,5 cm, terdiri dari 15-20 celah yang berisi 3 buah biji berbentuk ginjal. Herba ini merupakan yang menghasilkan serat berwarna putih. Perbanyakan dengan biji.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Daun       :    pembengkakan saluran telinga yang menyebabkan rasa sakit, pendengaran menurun atau telinga berdenging, demam, gondongan, TB paru, radang saluran napas, kencing sedikit, kencing nanah, kencing batu, radang kandung kencing, radang saluran kencing, diare, bisul, sakit gigi, gusi bengkak, rematik.
Akar           : batuk, kencing nanah, diare, radang telinga tengah, wasir, demam.
Biji             : disentri, sembelit, kencing nanah, cacing kremi, bisul.
Komposisi :
Kandungan kimia : Asam amino, asam organik, zat gula dan flavonoid yang terdiri dari gossypin, gossypitrin dan cyanidin-3­-rutinoside. Biji mengandung minyak raffinose (C18H32O16).

Kucing-kucingan

(Acalypha indica L.)
Nama Lokal :
Nama daerah Sumatera: ceka mas (Melayu). Jawa: lelatang, kucing-kucingan, rumput kokosongan (Sunda), rumput bolong-­bolong (Jawa). Nama simplisia Acalyphae Herba (herba kucing­-kucingan).
Uraian : Kucing-kucingan merupakan gulma yang sangat umum ditemukan tumbuh liar di pinggir jalan, lapangan rumput, maupun di lereng gunung. Herba semusim, tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang dengan garis memanjang kasar, berambut halus. Daun tunggal, bertangkai panjang, letak tersebar. Helaian daun berbentuk bulat telur sampai lanset, tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 2,5-8 cm, lebar 1,5-3,5 cm, berwarna hijau. Bunga majemuk, berkelamin satu, keluar dari ketiak daun, kecil-kecil, dalam rangkaian berbentuk bulir. Buahnya buah kotak, bulat, hitam. Biji bulat panjang, berwarna cokelat. Akarnya akar tunggang, berwarna putih kotor. Akar tumbuhan ini sangat disukai oleh kucing dan anjing, yang dikonsumsi dengan cara dikunyah. Kucing-kucingan dapat diperbanyak dengan biji.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Disentri basiler; disentri amuba, diare, anak dengan berat badan rendah, gangguan pencernaan makanan, perdarahan, seperti mimisan, muntah darah, berak darah, kencing darah, malaria dan susah buang air besar.
Komposisi :
Daun, batang, dan akar mengandung saponin dan tanin.
Batangnya juga mengandung flavonoida dan daunnya mengandung minyak asiri.

Mondokaki

(Ervatamia divaricata (L.) Burk.)

Nama Lokal :
Mondokaki, bunga wari (Jawa); bunga nyingin (Nusa Tenggara); kembang mantega, kembang susu (Sunda); bunga manila.
Uraian :
Mondokaki biasa ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan dan di taman-taman. Asalnya dari India dan tersebar di kawasan Asia Tenggara serta kawasan tropis lain dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai 400 meter dpl. Perdu tegak yang banyak bercabang, tinggi 0,5-3 meter, batang bulat berkayu, mengandung getah seperti susu. Daun tunggal, tebal seperti kulit, letak berhadapan, bertangkai pendek. Helaian daun bentuknya bulat telur memanjang atau jorong, ujung.dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan alas licin mengkilap, tulang daun menyirip, panjang 6-15 cm, lebar 2-4 cm, warnanya hijau. Tangkai bunga keluar dari ketiak daun, 1 atau sepasang, pendek dengan beberapa bunga. Bunganya adalah ganda, warnanya putih dengan bagian tengah berwarna kuning, diameter 5 cm, wangi. Buahnya buah kotak, bulat panjang, berbulu. Biji berdaging, berselaput, warnanya merah. Tanaman ini mempunyai akar tunggang, bentuknya silindris, diameter 1-5 cm, warnanya kuning, permukaan luar bergabus tipis dan tidak mudah terkelupas. Perbanyakan dengan stek atau cangkok.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Daun         :  bisul, batuk berdahak, radang kelenjar payudara, digigit anjing gila, tekanan darah tinggi, terkilir.
Getah daun   : radang mata, mencegah timbulnya radang pada luka.
Akar          : tenggorokan bengkak dan sakit, batuk, tulang patah, sakit gigi, cacing keremi, diare, gigitan binatang berbisa seperti kalajengking.
Komposisi :
Kandungan kimia : kulit batang dan akar : Tabernaemontanin, koronarin, koronandin, dregamin, vobasin, korin, kortin, lupeol, tanin.

Mangkokan

(Nothopanax scutellarium Merr.)

Nama Lokal :
Mamanukan (Sunda); godong mangkokan (Jawa); daun koin, daun papeda (Ambon); daun koin, daun mangkok, memangkokan, daun papeda, memangkokan, pohon mangkok (Sumatera); daun mangkok (Menado); mangko-mangko (Makasar); goma matari, sawoko (Halmahera); rau paroro (Ternate).
Uraian :
Tumbuhan ini sering ditanam sebagai tanaman hias atau tanaman pagar dan dapat ditemukan tumbuh liar di ladang dan tepi sungai. Mangkokan jarang atau tidak pernah berbunga, menyukai tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, dan dapat tumbuh pada ketinggian 1-200 meter dpl. Perdu tahunan, tumbuh tegak, tinggi 1-3 meter. Batang berkayu, bercabang, bentuknya bulat, panjang dan lurus. Daun tunggal, bertangkai, agak tebal, bentuknya bulat berlekuk seperti mangkok, pangkal berbentuk jantung, tepi bergerigi, diameter 6-12 cm, pertulangan menyirip, warnanya hijau tua. Bunga majemuk, bentuk payung, warnanya hijau. Buahnya buni, pipih, hijau. Biji kecil, keras, dan berwarna coklat. Zaman dahulu, dalam keadaan darurat daunnya digunakan sebagai piring atau mangkok untuk makan bubur sagu sehingga dinamakan daun mangkok. Daun muda dapat dimakan sebagai lalap, urapan mentah, atau direbus dan dibuat sayur. Daunnya juga dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak. Perbanyakan dengan stek batang.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Akar dan daun mangkokan berkhasiat untuk mengatasi radang payudara, pembengkakan dan melancarkan pengeluaran ASI, rambut rontok, sukar kencing, bau badan, dan luka.
Komposisi :
Batang dan daun mengandung kalsium-oksalat, perosidase, arnygdalin, fosfor, besi, protein, serta vitamin A, B1, dan C.

Lobak

(Raphanus sativus L.)

Nama Lokal :
Nama simplisia Raphani sativi Radix; akar lobak.
Uraian :
Herba semusim, tinggi lebih kurang 1 meter, batang lunak membentuk umbi, putih pucat. Daun tunggal, lonjong, tepi daun bergerigi, ujung dan pangkal rompang warna hijau dan berbulu. Perbungaan bentuk tandan, di ujung batang, benang sari kuning kehijauan, kelopak hijau, mahkota lonjong warna putih. Buah lonjong warna coklat. Biji lonjong.
Khasiat untuk kesehatan untuk mengobati sakit :
Batuk, bronchitis, demam, wasir, rematik (obat luar).
Komposisi :
Minyak atsiri, rafanol, rafarin, dan vitamin C.